Jumat, 22 Juli 2011

"HARI RAYA BESAR UMAT HINDU"

Hari raya keagamaan Hindu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu yang
dirayakan berdasarkan wuku (pawukon) datangnya setiap enam bulan sekali, dan yang dirayakan berdasarkan sasih datangnya setiap satu tahun sekali. Hari raya yang berdasarkan wuku antara lain :


- Hari Raya Saraswati
- Hari Raya Pagerwesi
- Hari Raya Galungan
- Hari Raya Kuningan


hari raya yang berdasarkan sasih antara lain :

- Hari Raya Siwaratri
- Hari Raya Nyepi

Agar lebih jelas mari kita bicarakan satu persatu hari raya tersebut.

1. Hari Raya Saraswati

Dewi Saraswati sakti dari Dewa Brahma. Dewi Saraswati adalah Dewi ilmu pengetahuan. Agar kita dianugrahi ilmu pengetahuan, maka umat Hindu memuja Dewi Saraswati. Pemujaan itu dilakukan pada hari raya Saraswati.

Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali, yaitu setiap Saniscara Umanis Watugunung. Kegiatan yang dilakukan pada hari Sarasmati, yaitu:

a. Sembahyang di padmasana sekolah bagi para siswa.

b. Mengumpulkan buku-buku dan lontar di tempat yang suci dan bersih lalu diberi sesajen yang disebut Banten Saraswati.

c. Melakukan Sambang Semadi, yaitu begadang semalam suntuk dengan membaca kitab-kitab sastra. Kegiatan ini biasanya dilakukan di suatu pura pada malam hari.

d. Keesokan harinya disebut Banyu Pinaruh. Umat Hindu pergi ke laut untuk mandi dan melukat memohon Panugrahan ke hadapan Sang Hyang Aji Saraswati.

Demikianlah perayaan hari raya Saraswati. Umat Hindu merayakannya dengan khidmat. Pagi-pagi para siswa sudah berpakaian rapi dan sopan (kalau di Bali berpakaian adat Bali) menuju sekolahnya masing-masing dengan membawa perlengkapan persembahyangan seperti bunga, kwangen, tempat tirta, dan dupa yang ditempatkan dalam satu wadah yang disebut bokor. Para siswa melakukan persembahyangan dengan tujuang memohon ke hadapan Sang Hyang Aji Saraswati agar diberikan anugrah ilmu pengetahuan serta tuntunan agar selalu dapat berbuat yang baik dan benar.

2. Hari Raya Pagerwesi
Pernahkah kamu mendengar orang menyebut Hyang Paremesti Guru? sebutan itu ditujukan kepada Dewa Siwa yang berfungsi sebagai gurunya alam semesta. Dewa Siwa sebagai maha guru alam semesta dipuja pada hari raya Pagerwesi.

Hari raya Pagerwesi jatuh setiap hari Rabu Kliwon Wuku Shinta, setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali. Pemujaan ke hadapan Sang Hyang Paramesti Guru biasanva dikakukan di tempat suci masing-masing rumah tangga yang disebut Sanggah atau Merajan dan juga dilakukan dipura. Pada hari raya ini dibuatlah sesajen sesuai dengan kemampuan kemudian dihaturkan di merajan dan pura dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan.

Persembahyangan pada hari raya Pagerwesi ditujukan kehadapan Dewa Siwa sebagai Hyang Paramesti Guru agar kita dianugrahi tuntunan dan keselamatan. Rangkaian hari raya sebelum hari raya Pagerwesi adalah hari Somo Ribek yang jatuh pada hari senin Pon Wuku Sinta.

Pemujaan pada hari ini ditujukan ke hadapan Sang Hyang Widhi adar dianugrahi kesejahteraan. Selanjutnya pada hari Selasa Wage Wuku Sinta disebut hari Sabuh Mas. Pemujaan ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk memohon kesejahteraan agar semua umat Hindu hidup tentram dan sejahtera.

3. Hari Raya Galungan
Penjor itu dibuat dalam rangka upacara bagi umat Hindu, misalnya pada upacara piodalan di pura atau pada waktu hari raya Galungan. Ada juga penjor untuk hiasan dalam rangka perlombaan, seperti lomba desa pakraman atau seka teruna-teruni di Bali. Penjor demikian disebut penjor hiasan yang isinya tidak lengkap, seperti penjor yang digunakan pada suatu upacara atau hari raya Galungan.

Jika penjor yang dibuat dalam rangka hari raya, khususnya hari raya Galungan isinya lengkap, yaitu plawa dari unsur daunh kelapa, pisang, tebu dari unsur buah, padi dari unsur palawija dan sampiannya lengkap dengan porosan sebagai lambang Dewa Tri Murti dan berisi sanggah.

Hari raya Galungan adalah hari raya piodalan jagat atau hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Pada hari Piodalan jagat dan hari kemenangan inilah kita patut bersyukur pada Sang Hyang Widhi dengan mempersembahkan sari tahun kepada Beliau. Sebagai wujud persembahan itu dilambangkan dengan penjor yang berisi segala hasi bumi sebagai rasa syukur umat Hindu atas segala limpahan anugrahnya yakni berupa alam semesta dan isinya. Dengan demikian setiap hari raya Galungan umat Hindu membuat penjor. Penjor ini dibuat dan dipasang pada hari Selasa Wage Wuku Dungulan yang disebut Penampahan Galungan.

Pada Penampahan Galungan umat Hindu membuat lawar, sate, dan yang lainya untuk digunakan melengkapi sesajen keesokan harinya yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan yang disebut juga hari raya Galungan. Disamping itu pada siang hari saat matahari tepat berada diatas kepala (tengah hari) umat Hindut natab Biyakala di natar rumah dengan tujuan agar kala-kala yang turun sejak hari Minggu Pahing Wuku Dungulan hingga Anggara Wage Dungulan tidak menganggu ketenangan umat Hindu pada saat merayakan hari kemenangan yaitu hari raya Galungan. Bila umat Hindu lepas dari pengaruh Bhuta Kala inilah yang disebut kemengan Dharma.

4. Hari Raya Kuningan

Di Bali nasi kuning dibuat pada perayaan hari raya Kuningan. Nasi kuning adalah ciri khas dari perayaan Kuningan. Semua sesajen pada hari raya ini digunakan nasi kuning.

Hari raya kuningan dirayakan setiap enam bulan sekali yakni setiap hari Sabtu Kliwon Kuningan. Pemujaan dilakukan kehadapan Sang Hyang Widhi dan leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar